Rabu, 30 Desember 2015 saya dan teman saya, Eltia, berkunjung ke Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta. Kunjungan ini adalah kunjungan saya yang kesekian kalinya, karena lokasinya yang mudah dijangkau oleh saya otomatis tempat ini menjadi salah satu tempat wisata favorit.
Saya juga nggak tahu sih, sejak kapan bisa menyukai tempat ini. Bisa dibilang, kunjungan perdana saya adalah ketika saya masih balita. Orangtua saya yang suka mengajak saya ke tempat-tempat wisata, apalagi dulu adik-adik saya belum lahir ke dunia hehehe
Seingat saya, kereta gantung atau gondola disetiap tempat sudah pernah saya rasakan dan saya naiki. Tidak terkecuali gondola di TMII tersebut. Tapi, lagi-lagi saya kurang ingat kapan tepatnya saya menaiki gondola tersebut. Daaan, di tahun 2016 ini saya memiliki resolusi kecil: naik gondola dan memotret dari ketinggian!
Ya. memang simpel, tapi susah dijalankan. Kesibukan saya yang menjadi penghalang. Waktu yang saya miliki juga tidak banyak. Teman yang menemani pun tidak ada....
Mungkin, berada di umur yang (ehem) hampir melewati masa remaja (menyedihkan!), yang menjadikan pandangan saya terhadap tempat wisata ini berbeda. Saya yang mulai keranjingan memotret disamping dipotret, sangat menyukai obyek-obyek wisata dan wahana yang terdapat di TMII ini. Salah satunya, Istana Anak.
Meskipun lumayan sering ke TMII, tapi saya sama sekali belum pernah masuk ke dalam Istana Anaknya. Ke pelatarannya saja pun tidak pernah. Hanya melewatinya karena memang selalu terlewati dan kelewatan saat hendak berpindah ke anjungan atau lokasi lain. Lagipula, untuk masuk ke lokasi ini pengunjung perlu membayar tiket masuk Rp.10.000 . Tujuan saya ke TMII lagi memang mengkhususkan diri untuk mengunjungi Istana Anak. Sewaktu kelas saya mendapatkan tugas meliput tempat wisata atau museum, salah satu kelompok di kelas saya mengambil lokasi di TMII dan tentunya mereka berfoto di Istana Anak. Mungkin bagi sebagian besar orang TMII tidak menarik, entah apa yang tidak menarik bagi mereka. Bagi saya, TMII selalu menarik. Hampir semua museum dan anjungan di tempat wisata tersebut sangat eye catching dan sangat bagus untuk dijadikan background foto.
Setelah membayar tiket masuk, saya dan Eltia merapikan penampilan sejenak. Tidak lama kemudian, kami pun memasuki area Istana Anak. Sesuai namanya, dalam area tersebut memang benar-benar dikhususkan untuk anak-anak! Dihalamannya terdapat permainan taman, ada jungkat-jungkit, ayunan, arena gokart, dan bahkan gazebo serta bangku-bangku taman. Cuaca yang panas membuat kami tidak bertahan lama di luar ruang, dan rasa ingin tahu yang tinggi kami mencoba masuk ke dalam kastil. Penasaran, ada apa sih di dalam Istana Anak ini?
WAW! Entah saya yang norak atau memang telat banget mengunjungi Istana Anak, saya baru tahu kalau bagian bawah atau lantai dasar dari Istana Anak ini adalah sebuah museum dan galeri pameran. Didalamnya, terdapat display puluhan mainan tradisional anak-anak dari seluruh Indonesia. Ya...pokoknya hal-hal dasar yang menarik minat anak, seperti rumah-rumah ibadah, baju adat, permainan tradisional, dan lain sebagainya. Lukisan-lukisan juga memenuhi dinding ruangan tersebut. Sayangnya, niat saya dan Eltia memang untuk foto-foto, alhasil kami hanya sibuk mencari background foto yang bagus dan tidak memedulikan informasi dari pajangan dinding atau lukisan-lukisan tersebut.
Cukup lama kami berada di dalam museum (karena suasana yang adem, tentunya). Kami menghabiskan waktu di salah satu sudut galeri dan museum yang kebetulan sepi (awalnya tidak sepi, ada sekelompok anak-anak atau keluarga sedang berfoto, dan langsung pergi saat melihat kami berniat mengambil foto di sudut itu).
Bagus, ya? Pertama kali lihat, sudah berpikir "wah bagus banget nih foto di sini". Eh, ternyata benar. Cahayanya cukup terang, dan outfit yang kami kenakan pun mendukung. hehehehehe.
Setelah berpuas diri saling bergantian memotret, kami pun berkeliling lagi. Saat itu, suasana lumayan ramai karena masih musim liburan dan sudah masuk liburan akhir tahun.
Saya pikir, TMII dan terutama Istana Anak masih lengang sehingga saya bisa berfoto di dinding luar kastil Ternyata, pintu-pintu dan dinding luar kastil sudah dipenuhi stand-stand merchandise dan makanan yang tendanya menempel pada tembok. Alhasil, keinginan saya pun gagal terealisasi :(
Sebentar! Nggak semua tembok kastil dipakai, kok! Masih ada spot kosong di bagian samping kastil, yang terlindung pagar tembok setinggi pinggang. Yeaaaaay, langsung aja saya menyuruh Eltia untuk test shoot, barulah saya. Butuh 'sedikit' perjuangan untuk berfoto ditempat itu, apalagi kalau bukan berusaha melompati pagar tembok yang mengelilinginya sambil menjaga rok saya agar tidak tersingkap huft
Ketika baju semakin basah oleh peluh, bedak sudah tergantikan oleh cahaya sinar matahari, dan mood sudah menguap entah kemana... kami memutuskan pulang. Yaa siapa juga yang mau melanjutkan perjalanan, kalau ramainya kayak pusat perbelanjaan tiga hari sebelum Lebaran.
Oh ya, bagi kalian yang curious dimana saya mendapatkan rok yang saya pakai, itu handmade lho! Saya meminta salah seorang teman SMK saya, Irene, yang kebetulan lulusan jurusan Busana Butik di sekolah kami dulu. Sebelum dibuatkan olehnya, saya memintanya untuk bertanya pada penjahit langganannya. Tapi sayang, si ibu tidak bisa membuatkannya karena banyak orderan. Eh, siapa sangka ternyata Irene bisa membuatkan! Yey!
Packagingnya lucu abis, saya tidak menyangka kalau dia sedemikian rapi dan niatnya sampai-sampai membuatkan packaging sebegini lucunya :
Harga dan kualitas berbanding lurus, kok! Selain warna mint/tosca, saya juga memesan rok berwarna hitam dan broken white/putih gading. Jika kalian berminat, silakan kepoin Instagramnya di @irenekhrl yaa! :)
No comments:
Post a Comment